
MarkPlus Islamic kembali menghadirkan diskusi interaktif pada Muharram Marketing Festival 2021 yang diadakan secara virtual melalui Zoom dan kanal Youtube Marketeers TV.
Mengulas tren pemasaran islami yang terkini di industri penerbitan dan edukasi, webinar kali ini dihadiri oleh lima pembicara yaitu, Sari Meutia selaku CEO Mizan Publika, Irwan Kelana selaku Redaktur Senior Harian Republika, dan Helvy Tiana Rosa selaku Pendiri Forum Lingkar Pena dari sektor buku dan penerbitan.
Sementara dari sektor edukasi, webinar ini dihadiri oleh Asep Saefuddin selaku Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, Andy Dwi Bayu Bawono selaku Wakil Bendahara Majelis Pendidikan Tinggi dan Litbang Muhammadiyah, dan Mohammad Zahri selaku Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (USIT) Indonesia.
Webinar ini dimoderatori oleh H Taufik selaku CEO MarkPlus Islamic dan Deputy Chairman MarkPlus, Inc. Taufik berharap acara ini mampu mendukung upaya pemerintah Indonesia memajukan Indonesia dalam Global Islamic Economy.
Membuka diskusi ini, Taufik menilai ada perkembangan luar biasa pada Islamic Bookfair yang lebih meriah dibanding pameran buku pada umumnya, meski di luar dugaan, hal ini menunjukkan adanya tren ketertarikan masyarakat terhadap buku-buku Islam.
“Awalnya tidak mudah meyakinkan penerbit untuk mengikuti IBF (Islamic Book Fair) tetapi lama kelamaan IBF makin menarik minat peserta dan pengunjung, sampai 2020 terdapat 343 stan, dan 2021 tidak ada IBF karena Covid-19,” ungkap Irwan Kelana selaku Redaktur Senior Harian Republika membuka diskusi Muharram Marketing Festival 2021 (30/8).
Di 2020, IBF berhasil mengumpulkan sejumlah 140.000 peserta dari seluruh Indonesia. Menjadi pameran yang ditunggu-tunggu oleh pelajar dan santri baik dari Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten, IBF dinilai menjadi puncak literasi dan tonggak peradaban literasi Islam.
Hadir selaku CEO Mizan Publika, Sari Meutia mengulas strategi pemasaran islami yang kini ditekuni perusahaannya.
“Kami fokus sekali ke digital marketing, tetapi alhamdulillah sebelum masa Covid datang kita sudah memiliki Mizaln Digital Headquarter yang menangani program digital marketing. Marketing tentu saja tak fokus lebih banyak ke online, meski setelah PPKM kita berharap toko bisa buka kembali. juga pameran-pameran juga bisa aktif kembali,” harap dia.
Mizan saat ini mengembangkan Mizan Applications Publisher (MAP) dan Rakata.id. Melalui MAP Mizan Group mengembangkan aplikasi pendukung buku-buku cetak yang menghadirkan berbagai fitur seperti Virtual Reality Halo Balita, Huruf Hijaiyah, dan fitur lainnya.
Sementara itu, hadir dari industri edukasi Andy Dwi Bayu Bawono, selaku Wakil Bendahara Majelis Pendidikan Tinggi dan Litbang Muhammadiyah menyatakan pentingnya penerapan diversifikasi dan klasterisasi untuk mendukung instrumen kemajuan institusi di bidang edukasi.
“Di PTMA kami membuat klasterisasi, dimulai dari akreditasi, masalah penelitian pengabdian, ini kita pisahkan dan yang sudah unggul dan mandiri akan membantu kampus lain, yang menghasilkan semacam kampus binaan,” ujarnya.
“Kami memiliki Cyber Muhammadiyah, yang kemudian kita internalisasi di Muhammadiyah Malaysia, dan kami membuka sekolah Islam terpadu di Australia. Pernah juga di Mesir yang sudah dikelola sejak lama. Ini adalah bentuk diversifikasi,” tambah Andy.
Menutup diskusi Mohammad Zahri selaku Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (USIT) Indonesia menyatakan, Sekolah Islam harus menerapkan beragam strategi agar tetap relevan, seperti peningkatan kualitas, memperluas jaringan dan komunitas, mengokohkan nilai-nilai kabangsaan, modernisasi layanan, kepedulian pada
kesehatan, lingkungan, dan SDA.
Related Posts
OJK tetapkan saham Widiant Jaya Krenindo sebagai efek syariah
Saham PT Carsurin Tbk jadi efek syariah
OJK tetapkan saham Arsy Buana Travelindo sebagai efek syariah
ICDX fasilitasi transaksi perdagangan komoditi syariah BSI dan Maybank Indonesia
Rencana lelang SBSN pada 4 April 2023, catat syarat dan ketentuannya
No Responses