
Direktur Eksekutif KNEKS Ventje Rahardjo menjelaskan, Indonesia telah memiliki berbagai lembaga atau pusat-pusat riset strategis yang berkontribusi pada pengembangan ekonomi syariah nasional, baik dalam bentuk riset ilmiah maupun riset terapan yang dikomersialisasi.
Lembaga atau pusat-pusat riset tersebut berperan aktif serta berada di bawah koordinasi kementerian/lembaga, universitas, lembaga swadaya masyarakat (non-governmental organization), maupun pelaku industri.
“Hingga saat ini, Indonesia memiliki lebih dari sembilan pusat riset di bidang sains halal, lebih dari 58 program/pusat studi ekonomi syariah dan sains halal yang aktif dalam kegiatan riset dan inovasi, serta lebih dari 1.084 peneliti dengan spesialisasi ekonomi syariah serta industri produk halal,” kata Ventje, seperti dilansir dari kemenkeu.go.id.
Sementara Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Handoko menjelaskan dukungan riset sangat diperlukan dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
“Saya telah mendapatkan arahan dari Bapak Wakil Presiden RI, dimana BRIN dapat berperan strategis terkait Riset dan Inovasi Produk Halal,” kata Handoko.
Menindaklanjuti arahan Bapak Wakil Presiden RI, BRIN telah aktif dalam pengembangan R&D bahan substitusi nonhalal dan autentikasi halal. Program ini perlu mempertimbangkan standar nilai halal yang baku, hingga mencakup aspek molekular.
Komitmen untuk mendukung penuh ekosistem syariah Indonesia, khususnya di sisi R&D, dilakukan BRIN melalui koordinasi yang kuat dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN). BRIN juga telah melakukan investasi menggunakan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dalam mendirikan Pusat Sains dan Teknologi Pangan di Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta, dimana Pusat Halal dialokasikan di pusat tersebut.
“Adapun bentuk dukungan konkret riset ekonomi Syariah, yaitu mencakup: (1) bagaimana menciptakan atau mengubah proses bisnis dalam rangka meningkatkan daya tarik dari produk-produk ekonomi dan keuangan Syariah; (2) bagaimana riset dapat mengembangkan teknologi untuk memastikan kehalalan produk dan standar nilai halal; dan 3) pengembangan Sumber Daya Manusia yang kompeten dalam melakukan kegiatan R&D dan inovasi,” ujar Handoko.
Di sisi lain, Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia Prijono berharap, kegiatan ini dapat memberikan informasi dan menghasilkan masukan, serta rekomendasi dalam mengembangkan produk-produk halal Indonesia.
“Harapan ke depan, peran ekonomi syariah akan semakin signifikan memberikan kontribusi pemulihan ekonomi nasional,” ujar Prijono.
Related Posts
Wapres minta KDEKS Provinsi Aceh segera dibentuk
Buku ‘K.H. Ma’ruf Amin Bapak Ekonomi Syariah’ diluncurkan dari UIN Ar-Raniry
Pemprov DKI Jakarta fasilitasi pembayaran dan penyaluran ZIS
Kementerian Perdagangan dorong sertifikasi halal bagi UMKM
Presiden Jokowi menunaikan zakat dengan menggunakan robot zakat
No Responses