
Hari Raya Iduladha identik dengan penyembelihan hewan kurban yang berdampak pada meroketnya demand dari pasar bagi para peternak. Momen ini tentunya menjadi peluang besar, tak dipungkiri kompetisi antarpenyedia jasa kurban di Indonesia juga kian getir di momen Iduladha ini.
“Kalau kita bicara hewan kurban sebenarnya salah satu dari industri makanan, kalau kita bisa kembangkan, siapa tahu bisa menjadi semacam upaya kreativitas sebagai salah satu sektor industri penting dari Global Islamic Economy,” ujar Deputy Chairman MarkPlus Inc, Taufik pada sesi talkshow Indonesia Islamic Marketing Festival 2021 Episode 2, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/7).
Cahyani Widiastuti, selaku perwakilan dari Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Kementan Nasrullah menyatakan, pemerintah sebagai regulator menghadapi tantangan kurban di masa pandemi.
Bagaimanapun pemerintah tetap harus berkomitmen untuk menjaga kesehatan hewan kurban agar tetap ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) dengan menugaskan pemerintah daerah untuk melakukan pemeriksaan sebelum hari kurban dan pada saat kurban. Jadi dengan keterbatasan situasi seperti ini, pemerintah pusat tetap menyarankan dan dapat menugaskan petugas untuk turun memeriksa keamanan dan kesehatan daging kurban.
“Apabila memungkinkan menggunakan media online, saat pemotongan hewan hanya dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat langsung. Jadi pengkurban tidak perlu hadir di lokasi untuk mengurangi kerumunan,” pungkas Cahyani.
Sementara Ketua Yayasan Pengurus Dompet Dhuafa Nasyith Majidi menyatakan, pentingnya menyediakan layanan berbasis digital untuk memenuhi pola perilaku pasar yang berubah dari ranah offline ke online sejak pandemi.
“Di Dompet Dhuafa ini memang ada branding berupa layanan THK (Tebar Hewan Kurban) yang sudah kami lakukan sejak 1994. Kami tidak memiliki preferensi untuk melakukan bisnis di sana, objektif utama yang sebenarnya adalah memberdayakan peternak dan melayani pengkurban. Ini menjadi tujuan yang secara langsung ingin kami capai,” jelas dia.
Dalam situasi pandemi yang belum selesai kapan ujungnya, Dompet Dhuafa dalam beberapa tahun terakhir memang fokus pada transaksi penjualan hewan kurban melalui digital. Hampir semua kanal e-commerce di Indonesia, dimasuki selain platform Dompet Dhuafa sendiri.
“Sebelumnya kami hanya antisipasi tren kedepan bahwa semuanya akan melalui sosial media dan digital. Kami tidak menyangka ketika pandemi banyak masyarakat yang lebih memilih kesluruhan transaksi secara digital,” ujar Nasyith.
Sementara CEO Rumah Zakat Nur Efendi mengungkapkan, salah satu produk yang menjadi strength point bagi Rumah Zakat yaitu Superqurban, kornet dan rendang kemasan olahan daging kurban yang didistribusikan ke seluruh Indonesia.
“Daging kurban hanya memiliki daya tahan tiga hari, ini menjadi potensi luar biasa. Maka kemudian kami merilis produk Superqurban, program optimalisasi kurban dengan mengelola dan mengemas daging kurban menjadi cadangan pangan dan protein hewani dalam bentuk kornet dan rendang. Distribusinya pun bisa sepanjang tahun, menjangkau pelosok, bisa masuk daerah rawan pangan bahkan bagi pengungsi di daerah bencana,” ujar Nur Efendi.
Rumah Zakat menggunakan strategi digital network, people network, dan physical network untuk optimalisasi programnya, salah satu upayanya adalah dengan berkolaborasi dengan LSM, stakeholder, majlis ta’lim, dan komunitas lainnya untuk menjaga ketahanan pangan.
Sejalan dengan pernyataan Nur Efendi, Direktur Eksekutif Wakaf Salman ITB Khirzan Noe’man menyatakan, pihaknya menggunakan omni channel untuk memasarkan layanan Wakaf Salman.
“Kami juga gunakan omni channel website, kelihatannya memang besar sekali untuk yang kurban. Transaksi terus berjalan termasuk layanan yang menjadi fokus kami yaitu wakaf. Kami melihat pangsa pasar dan adanya segmentasi, oleh karenanya kami menyediakan layanan kurban sekaligus berwakaf,” ungkap Khirzan.
No Responses